Berikut ulasan kisah sukses Si Keong Racun. Bila anda ingin meniru suksesnya, bacalah! Setelah dibaca, apa langsung ngetop? Ya belon tentu dong.
Nama Shinta dan Jojo tiba-tiba melejit bak meteor. Dulu bukan siapa-siapa, kini hampir setiap orang membicarakan mereka. Dua gadis muda ini populer berkat rekaman video aksi mereka menyanyikan lagu Keong Racun secara lip-sync di YouTube. Hingga kemarin, video mereka disaksikan lebih dari 2 juta kali. Shinta-Jojo juga sempat masuk daftar topik hangat (trending topic) di Twitter. Para wartawan memburu mereka untuk mendapatkan wawancara. Agen-agen iklan pun berebut menawarkan kontrak.
Shinta dan Jojo adalah mahasiswi Universitas Pasundan, Bandung. Keong Racun adalah lagu dangdut karya Buy Akur, pencipta lagu asal Bandung. Lagu ini menjadi sangat terkenal setelah dibawakan Shinta dan Jojo secara lip-sync dengan gaya yang menggemaskan. Belakangan tersiar kabar bahwa lagu tersebut telah dibeli Charly, vokalis grup band terkenal ST12.
Kemasyhuran video Shinta dan Jojo memicu para epigon. Beberapa orang ikut mengunggah video serupa ke YouTube. Belakangan malah muncul duet perempuan asing yang dengan fasih menyanyikan Keong Racun dengan gaya lucu mirip pendahulunya. Namun video para pengekor itu ternyata tak mampu menggaet perhatian orang sebanyak Shinta dan Jojo.
Lalu orang bertanya-tanya, apa kunci sukses video Shinta dan Jojo? Bisakah kesuksesan mereka direplikasi? Apa saja faktor yang mendongkrak popularitas sebuah isu di media sosial?
Ada banyak teori dan analisis mengenai fenomena kesuksesan Shinta dan Jojo. Tapi belum ada satu pun yang mampu menjelaskan secara memuaskan.
Kita tahu bahwa YouTube menyimpan jutaan koleksi video. Maklum, setiap hari situs penyimpan rekaman itu menerima ratusan, mungkin ribuan, kiriman rekaman dari seluruh penjuru dunia. Tapi, di antara timbunan koleksi itu, kita tak tahu persis berapa banyak video yang mampu menggaet jutaan pemirsa. Dugaan saya, masih lebih banyak video yang miskin penonton ketimbang yang laris. Padahal, untuk mengetahui kesuksesan sebuah video, kita perlu meneliti rekam jejak masing-masing. Kita harus tahu siapa pengunggahnya, seperti apa isinya, bagaimana ciri-cirinya, karakteristiknya, dan sebagainya.
Membandingkan satu video dengan video lain yang juga populer itu penting untuk menemukan persamaan dan perbedaannya. Dari sejumlah kesamaan dan perbedaan itu pula kita mampu mengambil kesimpulan sementara. Tanpa data pembanding yang memadai, kita akan susah mendapatkan faktor-faktor penentu kesuksesan satu video hanya dari satu kasus, seperti rekaman Shinta dan Jojo itu.
Kita bisa saja menyebutkan 1.001 faktor yang membuat video Keong Racun itu terkenal. Misalnya kecantikan dan kelucuan gerak Shinta-Jojo, syair lagunya, musiknya, dan sebagainya. Tapi belum tentu video yang dibuat dengan faktor-faktor yang serupa akan menuai sukses.
Ada yang mengatakan bahwa popularitas Shinta dan Jojo ditolong oleh Twitter. Para pekicau membuat mereka jadi topik hangat. Daftar topik hangat di Twitter membuat mereka diperhatikan orang. Para wartawan dibuat bertanya-tanya, lalu berusaha mencari tahu siapa mereka. Klop. Yang sudah populer bertambah kian populer. Efek yang “kaya tambah kaya” inilah yang melontarkan popularitas Keong Racun ke langit ketujuh.
Tapi, kita tetap bertanya-tanya, apa yang membuat Keong Racun dibicarakan di Twitter sebelum masuk daftar topik hangat? Di antara ribuan kicauan lainnya, mengapa ia yang terpilih, dan bukan yang lain? Apakah karena kebetulan?
Media sosial akan terus menelurkan kejutan-kejutan baru. Juga bintang-bintang yang belum pernah diketahui orang sebelumnya. Tapi pertanyaan tentang apa kunci kesuksesan mereka tetap tak akan terjawab secara tepat….
Sumber : blog.tempointeraktif.com
Penulis : Wicaksono
Daftar Sekarang Bonus $10 langsung dari JSS TRIPLER